Pages

Monday, 24 November 2014

PSYCHOLOGY OF PEDODONTIC

DEFINISI PSIKOLOGI PADA ANAK

Psikologi anak adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari tentang perubahan yang terjadi dalam perkembangan anak, baik secara jasmani ataupun mental.

Psikologi anak adalah dasar pengetahuan yang digunakan dan dikembangkan dengan mempelajari persamaan dan perbedaan pada fungsi-fungsi psikologi manusia dalam menjalani siklus kehidupan.






















KLASIFIKASI PSIKOLOGI PADA ANAK

Menurut Wright
1. Kooperatif
Anak-anak yang kooperatif terlihat santai dan rileks. Mereka sangat antusias menerima perawatan dari dokter. Mereka dapat dirawat dengan sederhana dan mudah tanpa mengalami kesulitan pendekatan tingkah laku (perilaku)/
2. Kurang Kooperatif
Pasien ini termasuk anak-anak yang sangat muda. Dimana komunikasinya belum baik dan tidak dapat memahami komunikasi dengan baik. Karena usia mereka tergolong dalam pasien kurang kooperatif. Kelompok lain yang masuk dalam pasien kurang adalah pasien yang memiliki keterbatasan yang spesifik untuk anak-anak untuk golongan ini. Suatu waktu teknik pengolahan tingkah laku secara khusus diperlukan ketika perawatan dilakukan perubahan tingkah laku secara immediate yang positif yang dapat diperkirakan.
3. Potensial Kooperatif
Secara karakteristik yang termasuk dalam kooperatif potensial adalah tingkah laku. Tipe ini berbeda dengan anak-anak yang kooperatif karena anak-anak ini mempunyai kemampuan untuk kooperatif. Ini merupakan perbedaan yang penting. Ketika memiliki ciri khas sebagai pasien yang kooperatif potensial tingkah laku anak tersebut bisa diubah menjadi kooperatif.


Muthu MS, Sivakumar N. Pediatric Dentistry Principles & Practice. Delhi : Elsevier. 2009.
TEKNIK-TEKNIK ATAU BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI YANG EFEKTIF ANTARA DOKTER DENGAN ORANGTUA (PASIEN) DAN DOKTER DENGAN ANAK (PASIEN)

DOKTER DENGAN ORANGTUA

1. Mendengarkan
Sama dengan wawancara medis pada umumnya, selain memberi salam dan memperkenalkan diri, dokter juga memperlihatkan kepada orangtua sebagai pendengar yang baik. Semua itu diwujudkan, baik melalui kata-kata maupun bahasa tubuh (body language), seperti cara kita duduk yang condong ke depan, menatap mata, menunjukkan perhatian, merespon semua kata dan tanda nonverbal lainnya. Contoh, ketika kita menanyakan cara menyiapkan botol susu pada ibu yang anaknya diare, dari mimik wajah ibu menunjukkan ekspresi kurang mengerti. Dari sini, dokter harus menjelaskan bahwa kebersihan botol merupakan salah satu penyebab diare. Pada wawancara medis dengan orangtua., komunukasi nonverbal harus diperlukan sama dengan komunikasi verbal. Kadang-kadang jeda waktu perlu diberikan untuk memberi kesempatan orangtua mengingat riwayat penyakit anaknya atau menenangkan emosinya. Tidak dianjurkan melakukan wawancara sambil melakukan pemeriksaan fisik karena dapat menghilangkan kontak mata. Kecuali kalau dokter masih menemukan sesuatu yang aneh pada pemeriksaan fisik.
2. Memfasilitasi Dialog
Cerita orangtua harus ditanggapi dengan penuh empati. Jangan melakukan interupsi atau mengubah pokok bahasan atau memberi komentar yang menghakimi. Jangan pula membuat diagnosis yang terlalu dini yang dapat mempengaruhi orangtua. Untuk permulaan cukup ucapkan, “Ceritakan lebih jauh tentang…” atau “tentu keadaan ini sangat berat bagi ibu. Hal yang sering dilema dalam wawancara medis, yaitu keinginan orangtua lebih santai dan merasa diperhatikan. Hal ini akan membuat interaksi berikutnya akan lebih lancar. Selanjutnya, peliharalah hubungan pasien-dokter yang sudah terjalin dengan baik.
Menuntun dalam melakukan wawancara dan tidak mendominasi. Pertanyaan yang umum sebagai pembuka, dapat membimbing orangtua untuk lebih mudah diajak berkomunikasi. 
3. Sopan Santun
Sopan santun umum yang berlaku harus diterapkan, termasuk sikap penuh atensi/peduli. Misalnya, “Silahkan duduk, maaf ya kursinya Cuma dua.” (Dikatakan pada pasien anak yang diantar rombongan besarnya) “Banyak sekali ya bawaannya, jangan sampai ketinggalan lho,” atau “ini tisu untuk membersihkan ingusnya andy”, atau “maaf ya lama menunggu, saya masih ada pasien gawat yang harus ditangani terlebih dahulu.” Sebagian besar orangtua senang situasi yang bersahabat dan professional daripada suasana yang kaku, dokter yang sombong, merasa dibutuhkan atau seperti sedang berbisnis.
DOKTER DENGAN ANAK

Komunikasi dengan anak dapat dilakukan sejak awal pertemuan, misalnya dengan cara, “Ayo salam dulu dengan Bu Dokter,” atau “Wah bagus ya bajunya hari ini, milih sendiri ya?” atau “Lama tidak ketemu, sekarang sudah tambah tinggi dan cantik ya.” Dengan adanya kontak awal yang baik, akan terbina hubungan pasien-dokter yang baik pula. Disamping itu, secara tidak langsung kita dapat mendiagnosis suatu penyakit. Hal itu dapat terdeteksi ketika melakukan kontak fisik awal, “Salamnya kok lemah… apa ada parese? Atau kontak mata, “kok tidak ada…apa ada autis?” untuk pasien bayi dapat diajak tersenyum. Dari sini, kita dapat mengetahui apakah bayi membalas senyum atau tidak. Perilaku dokter dalam wawancara dengan anak sering menjadi contoh bagi orangtua bagaimana berkomunikasi yang baik dengan anak.







Soetjiningsih. Modul Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. H 81-84





















Saturday, 19 April 2014

CONTOH MAKALAH LARUTAN BUFFER dan ALFA NAFTOL

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Larutan mempunyai peranan penting dalam berbagai proses yang berlangsung disekitar kita. Cairan tubuh manusia merupakan larutan beraneka ragam senyawa kimia. Semua zat makanan, sebelum di sebarkan oleh darah ke seluruh tubuh, diubah dulu menjadi zat yang mudah larut. Tumbuh tumbuhan mengambil makanan dan mineral dari tanah dalam bentuk larutan. Air laut tiada lain adalah larutan berbagai mineral yang berasal dari kulit bumi. Di laboratorium dan dibidang industri, sebaagian besar zat direaksikan dalam bentuk larutan.
Larutan didefinisikan sebagai  campuran homogen antara dua atau lebih zat. Suatu larutan tersususn dari komponen pelarut yang jumlahnya banyak, serta komponen zat terlarut yang jumlahnya sedikit.
Larutan = pelarut + zat terlarut.
Pelarut yang paling umum dimuka bumi ini adlah air. Disamping karena jumlahnya berlimpah  (72 % luas permukaan bumi diselimuti oleh air ), air memiliki kemampuan sangat besar untuk melarutkan berbagai macam zat. Oleh karena itu, percobaan kita sebagian besar akan terpusat pada larutan dalam air.
I.2 Maksud  dan tujuan
I.2.1 Maksud percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk membuat larutan pereaksi.
I.2.2 Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah
1.      Membuat larutan buffer pH 6, pH 7 dan pH 8
2.      Membuat larutan alfa Naftol
I.3 Prinsip percobaan
Prinsip percobaan ini adalah dengan membuat suatu larutan pereaksi buffer dan alfa naftol  yang  tersusun dari komponen pelarut yang jumlahnya banyak serta komponen zat terlarut yang jumlahnya sedikit  yang akan digunakan pada percobaan karbohidrat,reaksi uji protein, reaksi reaksi spesifik asam amino dan protein.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1  Teori umum
Larutan merupakan campuran homogen antara dua komponen zat atau lebih. Tiap tiap komponen bisa berupa gas, cair atau padat. Ada dua komponen yang paling penting dari suatu larutan yaitu komponen zat pelarut dan zat terlarut, dimana komponen zat pelarut lebih banyak dibanding komponen zat terlarut (3 ).
Untuk menentukan banyaknya zat terlarut dan pelarut dalam suatu larutan digunakan istilah “ kosentrasi larutan “. Kosentrasi larutan dapat dipakai untuk menentukan aspek kualitatif dan kuantitatif. Istilah encer dan pekat digunakan untuk menentukan aspek kualitatif. Larutan yang mengandung sedikit zat terlarut  disebut larutan encer, sebaliknya larutan yang mengandung  banyak zat terlarut disebut larutan pekat. Apabila dua atau lebih komponen yang  dicampurkan dan membentuk campuran homogen, larutan yang dihasilkan dapat berupa larutan fase gas, cair atau padat. Sehingga biasa disebut larutan gas, larutan cair, dan larutan padat. Banyak alloy dan semikonduktor dapat dimasukkan kedalam larutan padat. Atom atom logam terlarut, tersebar secara acak dan merata dalam atom atom logam lain. Campuran gas dalam pelarut padat tidak begitu jelas, misalnya logam paladium melarutkan gas gas hydrogen dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini telah dijelaskan dengan proses terikatnya molekul molekul hydrogen, pada permukaan logam palladium, proses ini disebut adsorbsi (4).
Sifat larutan yang tergantung pada banyaknya zat terlarut dalam satu larutan dan sama sekali tidak ditentukan zat terlarut, yang meliputi  (5):
1.      Penurunan tekanan uap jenuh
2.      Kenaikan titik didih
3.       Penurunan titik beku
4.      Tekanan osmotic
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Satuan kosentrasi larutan yang paling banyak dipakai dalam ilmu kimia adalah molar. Sebagian besar larutan yang dijumpai di laboratorium dinyatakan kosentrasinya dalam satuan molar (M) (2).
Kemolaran adalah jumlah zat zat terlarut dalam tiap liter (dm3) larutan, atau jumlah mmol zat terlarut dalam tiap ml (cm3 )  larutan (3)
M = mol zat terlarut  / volume larutan ( dm3)
      
 M    = mmol zat terlarut / volume larutan (cm3)

Dari persamaan diatas dapat kita jabarkan beberapa persamaan sebagai berikut.
M = (1000/ml ) x mol zat terlarut
                                        
M = (1000/ml ) x g/Mr

Dimana
g : berat zat terlarut (gram )
Mr : berat molekul relatif zatr terlarut
Mol zat terlarut = M x V

mmol zat terlarut  = ml x V

Di laboratorium, kita sering harus mengencerkan  suatu larutan yang pekat, untuk memperoleh kemolaran yang dikehendaki. Perlu diingat bahwa yang dimaksudkan pengenceran adalah penambahan pelarut (air ) tanpa menambah zat terlarut. Karena volume larutan yang bertambah , sedangkan jumlah zat terlarut tetap, maka setiap pengenceran pasti memperkecil kosentrasi (3).

V1 x M1 = V2  x M2
Dimana :
V1 =  Volume sebelum pengenceran
M1 = kosentrasi sebelum pengenceran
V= volume setelah pengenceran
M2 = kosentrasi setelah pengenceran.
Kadang kadang kita membuat suatu larutan dengan cara mencampurkan dua larutan yang kemolarannya berbeda, dalam hal ini berlaku hubungan (5) :

M campuran = (V1 x  M1  + V2 x M2)  : ( V1 + V2 )

Disamping kemolaran, kita perlu mengenal beberapa kosentrasi lainnya yaitu  (4):
1.      Kemolalan (m)
 Kemolalan adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap 1000 g pelarut.

m = (1000/P ) x mol zat terlarut

Dimana :  P = berat pelarut (g)
Satuan molal (m) dipakai pada eksperimen yang melibatkan perubahan suhu, seperti menentukan titik didih dan titik beku larutan. Untuk percobaan seperti ini, satuan molar tidak cocok dipakai , sebab volume larutan dipengeruhi oleh suhu. Adapun satuan molal (m) sama sekali tidak mempengaruhi atau memperhitungkan volume, melainkan memperhitungkan massa yang tidak tergantung pada suhu.
2.      Fraksi mol  (X)
 Fraksi mol adalah perbandingan jumlah mol suatu zat terhadap jumlah total mol seluruh zat yang menyusun larutan.

X =  Mol zat terlarut / mol seluruh zat

3.      Persentase Berat
Persentase berat adalah jumlah gran zat terlarut dalam setiap 100 gram larutan
% = ( g zat terlaarut / g larutan ) x 100 %

Satuan % dapat kita ubah menjadi molar (M), melalui hubungan sebagai berikut larutan  Q % zat = Q gram zat dalam 100 fram larurtan.

Q gram zat = ( Q/Mr )  x mol

M = (10 x Q x Bj ) : Mr

Dimana : M= kemolaran
                Q=persen berat
                BJ=berat jenis larutan
                Mr=massa molar
4.      Normalitas (N)
 Normalitas didefinisikan sebagai jumlah larutan yang mengandung ekivalen zar terlarut setiap volume larutan 1 dm3. secara sederhana normal (N) dapat dinyatakan sbb:

N =  n x M

N = g ekivalen zat terlarut / Volume larutan

N = n  (Berat zat terlarut / massa ekivaalen x Volume larutan )

11.2. URAIAN BAHAN
1.  Buffer PH 5 111 hal 686)
Sinonim   : dapar atau penyangga
Pemerian : serbuk hablur putih
Kelarutan : larut perlahan lahan dalam air, larutan jernih, tidak berwarna.
2.  Buffer PH 6 (F1 111 hal 687)
 Sinonom  : Dapar atau penyangga
 Kelarutan : mudah larut dalam air
 Pemerian  : serbuk hablur putih
3.      Buffer PH 7 (f1.111 hal 687)
Sinonim    : Dapar  atau  penyanggah
Pemerian   : serbuk hablur putih
Kelarutan   : mudah larut dalam air
4.      Buffer PH 8 (f1.111. hal 687)
Sinonim     : dapar / penyanngah
Pemerian    : serbuk hablur putih
Kelarutan    : mudah larut dalam air
5.      Alfa – Naftol (f1 III hal 708)
Nama lain   : Alfa naftol
Pemerian    : hablur tidak berwarna /putih , serbuk hablur putih bau khas.
Kelarutan  : larut dalam 5 bagian atanol (95%) P membentuk larutan, tidak lebih dari agak keruh, tidak berwarna.
6.      NaOH ( FI III hal 412 )
Nama resmi   : Natrii hydroxydum
Nama lain      : Natrium hidroksida
BM / RM       : 40,0 / NaOH
Pemerian    : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh, dan menunjukan susunan hablur putih, mudah meleh basah, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan         : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95 % ) p
Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup baik
               Kegunaan         : Sebagai pereaksi
7.      Kalium dihidrogen fosfat ( FI III hal 687 )
     Nama resmi      : Kalii dihidrogen fosfat
     Nama lain         : Kalium dihidrogenfosfat
     RM                    : KH2PO4
     Pemerian           : Serbuk hablur putih
     Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup baik
     Kegunaan          : Sebagai pereaksi

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan bahan
III.1.1 Alat yang digunakan
1.      Botol semprot
2.      Corong
3.      Erlemeyer 100 ml
4.      Gelas kimia 100 ml
5.      Gelas ukur 10 ml
6.      Gelas arloji
7.      Labu ukur 200 ml
8.      Pipet tetes
III.1.2 Bahan yang digunakan
1.      Air suling
2.      Alfa- Naftol
3.      Etanol
4.      Kalium dihidrogenfosfat 0,2 M
5.      KH2SO4
6.      NaOH 0,2 N

III.2 CARA KERJA
1.      Buffer pH 6 (F1.III hal 755)
Dibuat dengan mencampur 12,0 ml kalium dihydrogenfosfat 0,2 M  dengan 7  ml NaOH 0,2 N dan diencerkan dengan air bebas karbondioksida p secukupnya hingga 250 ml.
2.      Buffer pH 7 (F1.III. hal 351)
Dibuat dengan mencampur 12,0 ml kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dengan 36,375 ml NaOH 0,2 N dan diencerkan dengan air bebas karbodioksida P secukupnya  hingga 250 ml.
3.      Buffer pH 8 ( FI III hal 355 )
Dibuat dengan mencampur 12,0  ml Kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dengan 57,625 ml NaOH 0,2 N dan diencerkan dengan air bebas karbondioksida P secukupnya hingga 250 ml . 
4.      Alfa-Naftol  (FI III hal 758 )
 Dibuat  dengan melarutkan 0,25 g alfa-Naftol kedalam etanol (95 % ) p dan dicukupkan hingga  25 ml .
5.      Kalium dihidrogen fosfat 0,2 M
Dilarutkan 6,8045 g KH2SO4 dalam air bebas karbondioksida  dan di cukupkan hingga 250 ml.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 TABEL
No
Senyawa
Berat / volume
1.
Etanol
25 ml
2.
Kalium dihidogen fosfat
6,8045 g KH2SO4
3.
Alfa-Naftol
0,25 g alfa-Naftol
4.
 NaOH 0,2 M
6,25 ml NaOH 6 N
5.
Buffer pH 6
12 ml Kalium dihirogen fosfat dan 7 ml NaOH 0,2 M
6.
Buffer pH 7
12 ml Kalium dihirogen fosfat dan 36,375 ml NaOH 0,2 N
            7.             Buffer pH 8                 12 ml Kalium dihidrogen
                                                                 fosfat  dan 57,625         ml
                                                                 NaOH 0,2 M

IV.2 Perhitungan
1.      Buffer pH 6
Jumlah Kaliumdihidrogen fosfat 
250 x A = 60 x 50
     A      = 12 ml
Jumlah NaOH
250/200 x 5,6 ml = 7 ml
2.      Buffer pH 7
Jumlah Kalium dihidrogen fosfat
250 x A = 60 x 50
      A     = 12 ml
Jumlah NaOH
250/200 x 29,1 ml = 36,375 ml
3.      Buffer pH 8
Jumlah Kalium dihidrogen fosfat
250 x A = 60 x 50
   A       = 12 ml
Jumlah NaOH
250/200 x 46,1 ml = 57,625 ml
4.      Kalium dihidrogen fosfat
Jumlah KH2SO4
27,218 / 1000 x 250 = 6,8045 g
5. NaOH 0,2 N
Jumlah NaOH
8 N x A = 0,2 x 250
   A        = 6,25 ml
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pembuatan pereaksi yang di lakukan , dapat disimpulkan bahwa :
  1. Pada pembuatan larutan buffer pH 6 sebanyak 250 ml , dibutuhkan 12 ml Kalium dihidrogen fosfat dan 7 ml NaOH 0,2 N
  2. Pada pembuatan larutan buffer pH 7 sebanyak 250 ml,  dibutuhkan 12 ml Kalium dihidrogen fosfat dan 36,375 ml NaOH 0,2 N
  3. Pada pembuatan larutan buffer pH 8 sebanyak 250 ml,  dibutuhkan  12 ml  Kalium dihidrogen fosfat dan 57,625 ml NaOH 0,2 N
  4. Pada pembuatan larutan Kalium dihidrogen fosfat sebanyak 250 ml,  dibutuhkan 6,8045 g KH2SO4
  5. Pada pembuatan larutan NaOH 0,2 N sebanyak 250 ml dibutuhkan 6,25 ml NaOH 8 N
  6. Pada pembuatan alfa-Naftol sebanyak 25 ml, dibutuhkan alfa-Naftol 0,25 g dan 250 ml etanol.
VI.2 Saran
Sebaiknya alat alat laboratorium lebih dilengkapi lagi, khususnya  timbangan agar praktikum berjalan lebih efektif.  


                                                           
DAFTAR PUSTAKA
1.      Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . DepKes RI. Jakarta
2.      Anief, Moh. 1984. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
3.      C. Howard, Ansel. 1989. Pengantar bentuk sediaan Farmasi. UI Press . Jakarta.
4.      Martin, Alfred, dkk. 1990. Farmasi fisika jilid I . UI Press. Jakarta
5.      Tim penyusun . 2004. Kimia Dasar. Universitas Muslim Indonesia . Makassar


CONTOH MAKALAH MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
        Mikroorganisme merupakan suatu makhluk hidup yang tidak dapat dilihat secara langsung atau dengan kasat mata. Mikroorganisme terbagi atas beberapa hal yaitu bakteri, virus, candida, dan protozoa. Untuk mengetahui jenis dan penanganan suatu mikroorganisme tersebut maka terlebih dahulu kita harus mengetahui bagaimana metode pengambilan sampel pengambilan apusan guna mendukung pemeriksaan dan penindakan pada saat akan melakukan tindakan.

        Pada tubuh dalam keadaan normal diperkirakan terdapat lebih kurang 1012 bakteri yang menghuni kulit, 1010 di mulut dan 1015 di saluran pencernaan. Kebanyakan diantaranya merupakan bakteri yang sangat spesifik dan memiliki kemampuan untuk menggunakan bahan makanan, kemampuan menempel pada permukaan tubuh, dan mampu beradaptasi (secara evolusi) terhadap hostpes. Adapun bakteri yang sering ditemukan melekat pada setiap sel epitel terlepas yang ada dipermukaan dorsal lidah adalah kelompok golongan streptococcus, yaitu bakteri yang dapat menimbulkan caries gigi adalah streptococcus sp. dan adapun bakteri yang terdapat pada plak pada gigi adalah streptococcus dan neisseria.

B. RUMUSAN MASALAH
  1. Apa saja Jenis-jenis mikroorganisme rongga mulut?
  2. Apa saja Jenis-jenis bakteri dalam rongga mulut?
  3. Metode pengambilan sampel pada rongga mulut?
  4. Bangaimanakah Pencegahan dan pengobatan bakteri pathogen dalam rongga mulut?
BAB II
PEMBAHASAN

 1.       JENIS-JENIS MIKROORGANISME DALAM MULUT
A.    Bakteri dalam rongga mulut
Bakteri adalah organisme bersel tunggal (sendiri) yang hidup bebas dan mampu bereproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai pejamu untuk mendapatkan makanan. Bakteri tidak memiliki inti sel. Bakteri terdiri atas sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan. Didalam setoplasma terdapat materi genetic, baik DNA maupun RNA, dan struktur intra sel yang diperlukan untuk metabolism energi. Bakteri bereproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan pembelahan sel sederhana. Sebagian bakteri membentuk kapsul yang mengelilingi dinding sel sehingga bakteri tersebut lebih tahan terhadap serangan system imun pejamu. Bakteri lain mengsekresi protein yang menurunkan kerentanan terhadap antibiotic standar. Bakteri dapat bersifat aerob atau anairob. Seringkali bakteri mengeluarkan toksin yang secara spesifik merusak pejamu.

Laboratorium sering mengklasifikasikan bakteri sebagai gram negative atau positif. Bakteri gram positif mengeluarkan toksin (eksotoksin) yang merusak sel-sel pejamu. Bakteri gram negative mengandung protein di dinding selnya yang merangsang respon peradangan atau endotoksin. Bakteri gram negative juga mengsekresi eksotoksin. Bakteri gram positif memberikan warna ungu pada pewarnaan standar laboratorium. Bakteri gram negative berwarna merah pada pewarnaan laboratorium yang kedua.(1)

 Adapun contoh jenis-jenis bakteri yang sering terdapat didalam mulut adalah :
a)      Staphylococcus epidermitis
b)      Staphylococcus aureus
c)      Streplococcus mitis dan streptokokus a-hemolitik laiinnya
d)      Streptococcus salivarius
e)      Peptostreptokokus
f)        Actinomyces israelii
g)      Haemophilus influenza,
h)      Bacterioides fragilis
i)        Bacterioides oralis
j)        Fusobacterium nucleatum
k)      Bacterioides melaninogenicus
l)        Laktobasilus
m)    Veillonella alcalescen (2)

B.     Virus dalam rongga mulut
Infeksi oral yang disebabkan oleh virus herpes simpleks adalah salah satu infeksi penyakit yang umum ditemukan pada praktek dokter gigi. Herpes simpleks adalah infeksi yang disebabkan Herpes simpleks virus (HSV) tipe 1 dan 2. Meliputi herpes oralabialis dan herpes gentalis. Penularan virus paling sering terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau secret genital/oral dari individu yang terinfeksi. Penyakit yang biasa disebabkan oleh virus herpes simpleks yaitu luka dekat mulut akibat demam yang diawali dengan ras gatal dan berakhir dengan terbentuknya bisul kecil pada bagian bibir, luka ini mungkin akan menyakitkan sekaligus memalukan. Penyebab utama virus herpes simpleks yaitu ditularkan melalui air liur, berciuman, atau berbagi cangkir dengan orang lain. (3)

C.     Jamur  pada rongga mulut
Candida albicans merupakan Organisme atau jamur yang biasanya menyebabkan lesi ini, dapat menyebabkan penyakit pada berbagai system organ. Salah satu nya yaitu candidiatis oral atau sariawan, ditandai oleh plak putih, lengket pada lidah, langit-langit mulut, dan bagian dalam pipi. Keadaan ini sering sulit dibedakan dengan gumpalan susu pada bayi. (4)

D.    Protozoa

2. JENIS-JENIS BAKTERI  DALAM RONGGA MULUT
Bakteri dibedakan atas dua kelompok berdasarkan komposisi dinding sel, ketahanan terhadap penisilin, pewarnaan, kebutuhan nutrient, dan ketahanan perlakuan fisik. yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Selain perbedaan dalam sifat pewarnaannya, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif berbeda dalam sensifitasnya terhadap kerusakan mekanis atau fisis, terhadap enzim, desinfektan dan antibiotik. 


Bakteri gram negatif bersifat lebih konstan terhadap reaksi pewarnaan, tetapi bakteri gram positif, sering berubah sifat pewarnaannya sehingga menunjukkan reaksi gram vertable, sebagai contoh, kultur bakteri gram positif sudah tua dapat kehilangan kemampuannya untuk menyerap pewarna violet Kristal sehingga dapat menterap pewarna safranin, dan berwarna ,merah seperti bakteri gram negatif. Perubahan tersebut juga dapat diebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan atau modifikasi teknik pewarnaan

Berikut adalah pembagian dan contoh Dari bakteri gram positif dan bakteri gram negatif,antara lain:

A.    Gram-positive cocci
a.       Staphylococcus
Berukuran 0,8 µm, berbentuk bulat, tidak membentuk spora dan memproduksi enzyme katalase, fakultatif anaerob serta membentuk asam dari glukosa dalam suasana aerobik dan anaerobik. Yang membedakan micrococcus dengan yang lain adalah dalam  kemampuan melakukan oxidasi glukosa. Staphylococcus dapat hidup dan tumbuh dalam air garam dengan kepekatan 7,5 % sampai 15 %, sifat ini digunakan untuk memisahkannya dari specimen dan merupakan ”vegetative bacteria” sehingga sering digunakan untuk percobaan kemampuan membunuh kuman penyakit. Peptococcus Genus peptococcus berbentuk bulat (Rogosa, 1974), bersifai gram positif, berdiameter 0,5 – 1 µm, pada pewarnan dijumpai tunggal, berpasangan,  berkelompok 4, jarang berkelompok banyak dan jarang berderet seperti rantai. Tidak  bergerak dan tidak membentuk spora. Semua spesiesnya adalah anaerob dan  memanfaatkan peptone dan asam amino sebagai sumber energy. Mempunyai  kemampuan mepermentasi karbohidrat dengan cepat. Reaksi katalis biasanya negatif atau lemah dan dia tidak memproduksi koagulase enzim. Walaupun umum anggota  spesies adalah beta-haemolytik, banyak diantaranya tidak menunjukan haemolitik  pada media agar darah. Genus dari spesies ini dipisahkan berdasarkan berbagai  reaksi biokimia dan analisa asam organic, yaitu jumlah biografi gas yang dihasilkan dari penanaman dalam kultur murni dalam ”peptonw-yeast-glucose broth” (Martin,  1974).

b.      Streptococcus
Genus dari streptococcus terdiri dari banyak dan bermacam-macam grup biologis dari kuman gram positif. Berbentuk bulat atau lonjong dan terdapat berpasangan atau berbentuk rantai, panjang rantai tergantung kondisi lingkungan dimana dia hidup. Rantai yang panjang dijumpai pada cocci yang hidup dalam cairan atau semifluid media.

c.       Peptostreptococcus
Peptostreptococcus bersifat anaerob, gram-positif, bulat sampai oval dengan ukuran 0,7 – 1 µm. Pada pewarnaan ditemukan berpasangan dan rantai pendek atau panjang, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Reaksi katalis negatif. Kebanyak spesies menyebabkan fermentasi karbohydrat sehigga terbentuk berbagai asam organik dan gas.

B.     Gram – negative cocci
a.       Neisseria dan Branhamella Gram-negative
tidak bergerak, tidak membentuk spora, berbentuk coffee bean/diplococci, aerobik, membentuk ”enzyme cytochrome oxidase” yang merupakan bakteri yang terdapat pada mucous membrane dari rongga mulut dan saluran nafas bagian atas.Genus dari Neisseria dibagi menjadi spesies yang pathogenik yaitu Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis dan spesies yang commensal yaitu Neisseria sicca, Neisseria subflava, Neisseria flavescens dan Neisseria mucosa, pembagian ini berdasarkan reaksi fermentasi karbohydrat.Spesies yang tadinya disebut Neisseria catarrhalis sekarang disebut Branhamella. Branhamella catarrrhalis beda dari spesies Neisseria umumnya karena tidak memproduksi asam dari karbo hidrat seperti glucosa, maltosa, sukrosa dan fruktosa. Juga DNA berdasarkan ratio guanine ditambah cytosine dengan batas 47 – 52 moles %(Buchanan dan Gibbons, 1974). Spesies dari genus Neisseria yang biasa terdapat/hidup dalam rongga mulut tidak patogen atau virulentnya lemah, meskipun dilaporkan terjadi ”subacute bacterial endocarditis”(Hudson, !957) dan ”purulent meningitis”(Losli dan Lindsey, 1963). Morris (1954) dan Pike dkk, (1963) membuat klassifikasi berdasarkan penelitiannya ; N. pharynges atau N. Catarrhalis (Branhanmella catarrhalis). Ritz (1967) meneliti tentang keberadaannya dalam plaque gigi dan mendapat lokasi distribusi secara segar, hal ini didapat dengan cara ”Fluorescent antibody staining technique”. Dua spesies yaitu Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis tidak terdapat secara normal didalam mulut manusia.Neisseria gonorrhoaea menyebabkan stomatitis primer, parotitis atau pharyngitis, terjadi karena terjadi kontak antara mulut dengan alat genital(Metzger, 1970; Schmidt, Hjǿrting, Hansen dan Philipsen, 1961; Wiesner dkk, 1973 atau autoinoculation dari”primary genital infection” via jari tangan.

b.      Veillonella
Genus veillonella dibagi atas dua spesies ; Veillonella alcalescens dan Veillonella parvula (Holdelman, Cato, dan Moore, 1977). Mempunyai diameter 5µm tidak bergerak, gram-negatif, oxidase-negatif, anaerob diplococci, tidak memfermentasi karbo hidrat, memanfaatkan lactic, succinic dan asam2 lain sebagai sumber energi(Rogosa, 1964). Rogosa (1956) menemukan media khusus untuk membiakan dari spesimen yang berasal dari klinik. Veillonella adalah flora yang hidup dalam keadaan normal didalam usus dan sistim urogenital manusia. Ditemukan dalam jumlah yang banyak diberbagai tempat di dalam mulut(Hardie dan Bowden, 1974).

C.     Gram – positif rods dan filaments
a.       Actinomyces, Arachnia, Bifidobacterium, Bacterionema dan Rothia
Actinomyces, Arachnia, Bifidobacterium, Bacterionema dan Rothia. Golongan Actinomyces, Arachnia, Bacterionema dan Rothia sekarang diklassifikasikan kedalam famili Actinomycetaceae. kecuali kelompok Bifidobacterium yang biologi dan patogenitas masih didiskusi secara rinci dalam morphology oleh Slack dan Gerencser(1975). Actinomycetaceae adalah gram-positif, umumnya diphtheroid atau club-shaped rods dimana cendrung membentuk cabang2 filament dijaringan infeksi atau pada kultur invitro. Bentuk diphtheroid atau coccoid terbentuk kita terjadi fragment dai filament. Bersifat tidak bergerak, tidak membentuk endospora, dan not acid-fast. Pada umumnya fakultatif anaerob, tapi ada satu spesies hidup dengan baik pada kondisi aerobic. Dapat membentuk atau tidak membentuk ezyme catalase.

b.      Eubacterium dan Propionibacterium
Kuman yang dikelompokan kepada Eubacterium (Holdeman dan Moore, 1974) adalah gram-positif, tidak membentuk spora, uniform atau poleomorphic rods, dapat atau tidak dapat bergerak, seluruh spesies adalah anaerob, selalu mebentuk campuran asam organik seperti butiryc, acetic atau formic acid dari karbo hidrat atau peptone. Ditemukan dalam rangga tubuh laki2 dan binatang. Kantz dan Hendry (1974) membiakanan Eubacterium alactolyticum dari ruang pulpa gigi manusia yang nonvital. Kuman ini juga ditemukan pada berbagai type infeksi seperti purulent pleurisy, jugal cellulitis, luka postoperatif dan abscess dari otak, tractus intestinal, paru2 dan rongga mulut(Holdeman dan Moore, 1974). Propionibacterium(Moore dan Holdeman, 1974) adalah gram-positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora, biasanya diphtheroid atau club-shape dan pleomorphism. Sel coccoid, elongated, bifid atau bercabang dapat dijumpai pada beberapa kultur dan sel kuman dapat tunggal, berpasangan atau dalam bentuk Y dan V atau bergerombol mirip”chinese characters”. Propionic acid adalah fermentasi karakteristik produk akhir yaitu acetic, formic, isovaleric, succinic atau lactic acid. Kuman ini umumnya anaerob tapi ada beberapa mempunyai toleransi terhadap oxygen. Propionibacterium avidum dijumpai di otak, darah, luka yang terinfeksidan abscess jaringan seperti submandibular abscess(Moore dan Holdelman, 1974). Propionibacterium acnes hidup normal pada kulit dan usus, bias ditemukan di darah, luka dan abscess jaringan lunak(Moore dan Holdeman, 1974) dan di pulpa yang non-vital (Kantz dan Hendry, 1974).

c.       Lactobacillus
Bersifat gram-positif, tidak membentuk spora, kebanyakan tidak bergerak, terbanysak bersifat anaerob fakultatif, ada beberapa yang benar2 anaerob.

D.    Gram-negatif rods dan filaments
a.       Coliforms
Famili dari Enterobacteriaceae tidak selalu atau predominant hidup dalam mulut manusia yang tinggal di dunia barat. Meskipun coliform dijumpai pada mulut normal , pada umumnya hanya bersifat tinggal untuk sementara waktu, meskipun demikian kuman ini dapat menimbulkan infeksi dari jaringan mulut, sering ini disebabkan karena pemakaian antibiotik yang membunuh kuman gram-positif. Dalam hal ini terjadi pada infeksi yang disebab kuman campuran. Mashberg, Caroll dan Morrissey (1970) melaporkan osteomyelitis dari mandibula yang disebabkan mixed flora dengan predominant adalah Enterobacter aerogenes dengan Escherichia coli dan alpha-hemolytic streptococcus.

b.      Klebsiella
Klebsiella genus dari famili Enterobacteriaceae yang terdiri dari kuman mempunyai karakter membentuk kapsul polysaccharide. Klebsiella pneumoniae dibagi lebih dari 80 serotype dengan basis pada pembagian antigenic dari bagian polysaccharid. Klebsiella pneumoniae mempunyai respon kira2 1 % dari kuman2 pneumonia. Agranat (1969) melaporkan bahwa kuman ini menyebabkan osteomyelitis dari mandibula. Faucett dan Miller (1948) melaporkan kuman ini menyebabkan stomatitis pada bayi. Sternberg, Hoffman dan Zweitler (1951) melaporkan kuman ini menyebabkan diarrhea dan stomatitis pada bayi. Mashberg, Carroll dan Morrissey (1970) melaporkan infeksi suppurative dari space carotid yang disebabkan Klebsiella yang tidak teridentifikasi. Fox dan Isenberg (1967) menemukan Klebsiella dari pembiakan spesimen yang berasal dari saluran akar gigi. Heitman dan Brasher (1971) melaporkan kasus dengan pembengkakan yang erythomatus didaerah palatal kanan setelah 4 hari setelah operasi osseous periodontal, Exudat purulen dikeluarkan dari lesi pada daerah mesiopalatal regio molar pertama, hasil kulturnya didapatkan terutama Klebsiella pneumoniae yang resisten terhadap erythromycin pada test in vitro. Sejak pasien mendapat profilaksis dengan erythromycin sebelum operasi, ini merupakan faktor prediposisi terjadinya infeksi karena merusak ekologi kuman yang hidup normal disitu. Klebsiella rhinocleromatis adalah penyebab dari penyakit rhinoscleroma, ” chronic and destructive granuloma” dari hidung dan pharynx, kemungkinan juga menimbulkan kelainan pada bibir atas, pipi, palatum durum dan molle dan prosesus alveolaris rahang atas. Meskipun kuman sebagai etiologi dari penyakit ini tidak pasti Pada percobaan binatang kuman ini tidak dapat dibuktikan sebagai penyebab syndroma ini meskipun kuman ini dapat ditemukan secara normal pada manuasia.

c.       Proteus
Kuman ini termasuk genus Enterobacteriaceae yang menyebabkan penyakit diberbagai bagian tubuh dan infeksi biasanya mempunyai masalah dalam terapi karena resisten terhadap antibiotika. Proteus vugaris merupakan kuman yang sering ditemukan pada kultur berbagai infeksi. Kirner dkk, (1969) menemukan pada beberapa kasus abses submadibula, Slack (1953) kuman ini jarang dijumpai pada saluran akar dan biasa dijumpai pada bacterial parotitis (Rose, 1954).

d.      Pseudomonas
Pseudomonas tidak menyebabkan fermentasi dan berkembang biak dan bertumbuh secara unik dengan sumber makanan yang terbatas. Kuman ini ditemukan dalam cairan salin yang terkontaminasi dan benzalkonium chlorid, kebanyakan spesies bergerak, berbentuk tunggal atau”tufted monopolar flagella. Pseudomonas aeruginosa memproduksi ”water-soluble pigment”, pyocyanin dan”fluorescing pigment, fluorescein dibentuk oleh Pseudomonas fluorescens. Pseudomonas terutama merupakan parasit yang hidup di air dan tanah. Pseudomonas aeruginosa sudah terbukti bertahun-tahun menyebabkan penyakit pada laki2. Sejak 15 tahun lalu terbukti spesies yang menyebab infeksi pada laki-laki yaitu Pseudomonas cepacia dan Pseudomonas Stutzeri, kuman2 ini banyak menyebabkan infeksi nosokomial atau terjadi pada host tertentu. Pseudomonas aeruginosa spesies yang sering dilaporkan dalam literatur sebagai kuman yang ditemukan dalam mulut dan menyebabkan infeksi. Shklair, Losse dan Bahn (1963) menyatakan bahwa masyarakat Amerika mempunyai kadar kuman yang rendah dalam rongga mulut. Hasil penelitian Clement (1953) menemukan kadar kuman rongga mulut yang tinggi pada masyarakat Afrika yang hidup dalam kondisi primitif. Sutter, Hurst dan Landucci (1966) melakukan penelitian pada 350 individu menemukan Pseudomonas spesies, khususnya Pseudomonas aeruginosa dijumpai 8 % dalam saliva.

Fox dan Isenberg (1967) menemukan dalam prosentase yang kecil didalam saluran akar, kadang ditemukan pada gigi yang non vital. Leake dan Leake (1970) menemukan Pseudomonas aeruginosa pada neonatal suppurative parotitis.Infeksi dapat terjadi karena invasi kuman kedalam jaringan setelah mengalami septicemia. Hecht dan Work (1970) menemukan acute suppurative parotitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh Staphylococci dan Pseudomonas. Goldberg (1968) melaporkan tentang bakteriemia yang disebabkan Pseudomonas Goldberg (1966) melaporkan tentang infeksi pasca operasi yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa.

Selain bakteri gram positif dan bakteri gram negatif Sifat oksigen yang baik akan meningkatkan metabolism dan pertumbuhan bakteri. Oksigen bertindak sebagai apsetor hydrogen dalam langkah-langkah akhir dari produksi energy dan menghasilkan 2 molekul, hydrogen peroksida (H2O2) dan radikal bebas yaitu oksigen (O2).

Bakteri dapat diklasifikasi berdasarkan kebutuhan mereka yang dapat bermeta bolisme pada lingkungan oksigen penuh atau lingkungan yang bebas dari oksigen. Hal ini sangat penting saat melakukan inkubasu terhadap bakteri dalam mendukung pertumbuhannya. Oleh sebab itu, bakteri di klasifikasi berdasarkan:
·      Aerob obligatif
Bakteri yang tergolong aerob obligatif membutuhkan oksigen untuk tumbuh karena system adenosine triphosphate (ATP). Pembangkit mereka tergantung pada oksigen sebagai aseptor oksigen. Contoh bakteri: Micobacterium Tubercolosis

·      Anaerob
Ø anaerob  fakultatif
Bakteri yang tergolong anaerob fakultatif membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi dengan cara respirasi. Tetapi  dapat juga menggunakan jalur fermentasi untuk mensintesis ATP dalam ketiadaan oksigen yang cukup. Contoh bakteri: Bakteri oral (mutans streptococci) dan eschericia coli.

Ø Anaerob obligatif
Bakteri yang tergolong anaerob obligatif tidak dapat mengalami pertumbuhan pada lingkungan yang memiliki oksigen karena bakteri ini tidak baik pada superoxide dismutase atau katalase, maupun keduanya. Contoh bakteri: porphyromonas gingivalis.

Ø Mikroaerofilik
Dapat tumbuh dengan baik pada konsentrasi oksigen yang rendah. Contoh bakteri: Campylobacter Petus (5)

3.      METODE PENGAMBILAN SAMPEL PADA RONGGA MULUT
Bakteri yang menimbulkan karies gigi adalah streptococcus sp, diantaranya adalah streptococcus mutans ,streptococcus salivarius, streptococcus viridians, peptostreptococcus yang merupakan bakteri penghuni dan penyebab utama karies gigi. Streptococcus adalah golongan bakteri yang heterogen. Streptococcus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Beberapa diantaranya golongannya merupakan anggota flora normal pada manusia. Bakteri streptococcus terutama golongan streptococcus mutans merupakan strain streptococci yang  paling dominan dalam lesi karies dan melekat erat pada permukaan gigi. Bakteri ini memiliki beberapa karakteristik penting yang dapat dengan proses terjadinya karies pada gigi. Untuk mendapatkan bakteri pada karies, dilakukan pengambilan apusan dengan menggunakan sweb, dan dioleskan pada bagian gigi yang mengalami karies kemudian dilakukan penelitian tahap berlanjut untuk menemukan jenis bakteri.

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kukus fram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti streptococcus mutans, streptococcus sanguis, streptococcus mitis, streptococcus salivarius, serta beberapa strain lainnya. Walaupun demikian s. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena s.mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam). Plak lama dan plak baru. Bakteri yang dikandung kedua daerah itu tidak sama. Pada plak baru terbentuk bakteri yang paling banyak adalah streptococcus dan neisseria, tetapi sesuai dengan perjalanan waktu terdapat pula bakteri lain yang berkembang biak terutama Actinomyces dan Veillonella. Dengan demikian plak yang matang sebagian besar akan menjadi seperti filament yang berisi lebih banyak kuman anaerobUntuk mendapatkan bakteri yang terdapat pada plak, dilakukan pula pengambilan plak dengan menggunakan swab atau excavator pada gigi yang terdapat plak, kemudian dilakukan pada tahap selanjutnya untuk melihat koloni dan jenis bakteri yang terbentuk.

ALAT DAN BAHAN
a.    Alat : 
1.       Alat diagnostik
2.       Nierbekken
3.       Tabung reaksi
4.       Pipet
5.       Rak tabung reaksi
6.       Lampu spirtus
7.       Lup
8.       Sterile swab
9.       Cawan petri
10.   Tongue scraper
11.   Sikat gigi
12.   Autoklaf
13.   Incubator
14.   Masker
15.   Spidol berwarna (non permanen)

b.    Bahan : 
1.       Aquadest
2.       Bahan pemeriksaan (PB) kerukan permukaan dorsal lidah
3.       BAP (Blood Agar Plate)
4.       BPS (Buffer Phospat Solution) pH 7,2
5.       Spirtus

PROSEDUR PENELITIAN
1.    Sebelum penelitian dilakukan, subjek diperiksa terlebih dahulu untuk mencari sampel yang memenuhi criteria-kriteria inklusi dan eksklusi dengan alat diagnostic.
2.      Sebelum pengambilan bahan pemeriksaan, sampel diminta untuk tidak menyikat gigi, makan, dan minum terlebih dahulu.
3.      Sampel di instruksikan untuk berkumur dengan aquadest steril
4.      Sebelum menggunakan tongue scraper pada sampel, dilakukan pengambilan BP dari kerokan dorsal lidah dengan menggunakan sterile swab. BP dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi BPS (Buffer Phospat Solution) dengan pH 7,2
5.      Pengambilan BP berikutnya setelah sampel menggunakan tongue scraper yang telah disediakan. Lakukan 10 kali pengerokan secara ringan pada lidah dari papul sirkumvalata sampai ujung lidah.
6.      Pada sampel yang berada dilakukan tahapan no 3 dan 4 dengan menggunakan sikat gigi. Dilakukan pengerokan 10 kali secara ringan pada lidah. Teknik pembersihan lidah tanpa menggunakan pasta gigi.
7.      Setiap selesai pembersihan lidah, dilakukan pengambilan kerokan dorsal lidah sampel dengan menggunakan sterile swab, masukkan kedalam tabung reaksi lain yang berisi BPS.
8.      Inkubasi BP selama 24 jam
9.      Pengenceran BP secara seri  : sediakan 4 tabung reaksi berisi 9ml Buffer Phospat Plate. Pada setiap tabung reaksi diberi nomor satu sampai empat, tabung nomor satu adalah tabung yang berisi swab dari hasil kerokan dorsal lidah sampel yang sekaligus terhitung sebagai pengenceran pertama atau 10-1 kemudian dihomogonisasikan , setelah suspensi tersebut homogeny dengan pipet sterile dimasukkan kedalam tabung nomor dua, dikocok sampai homogen sehingga terjadi pengenceran, dari tabung nomor dua diambil suspense sebanyak 1ml dengan menggunakan
10.  BP yang telah di encerkan dengan konsentrasi 10-1 sampai 10-4, diambil dengan pipet steril sebanyak 1ml, kemudian disebar pada cawan petri streril. Selanjutnya dimasukkan incubator 37oC dalam suasana anaerob selama 1 x 24 jam
11.  Setelah di inkubasikan dalam incubator ,dilakukan perhitungan koloni bakteri
12.  Perhitungan koloni secara manual yang menggunakan kaca pembesar (lup). Titik-titik kecil dan halus pada cawan petri menunjukkan koloni bakteri, untuk mempermudah perhitungan koloni bakteri dapat dibuat garis bantu pada cawan petri, selain itu hal ini untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan.

Produr kerja tersebut dilakukan untuk mendapatkan mikroorganisme yaitu jamur jenis kandida albikans, yang dilakukan pengambilan apusan menggunakan swab pada bagian dorsal lidah. (6)

Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi scanner, kultur aerob dan anaerob, serta penentuan kepekaan terhadap antibiotic. Apabila dicurigai adanya nanah, maka specimen diambil dengan aspirasi terlebih dahulu kulit dicuci dengan sabun anti kuman dan mukosa diulasi dengan alcohol, kemudian dilakukan aspirasi lesi dengan menggunakan jarum 18-20 gauge. Aspirant dimasukkan kedalam vial transport anaerob atau apabila bbisa diantarkan denga cepat(10-15 meni) dapat digunakan spoit (GB.9-1). Jika terdapat eksudat, maka untuk mengumpulkan digunakan pak anaerob. Apabila melakukan kultur speismen jaringan maka cara yang dilakukan adalah seperti perlakuan untuk mengeluarkan eksudat. Lesi permukaan mukosa dikultur dengan pertama diusap menggunakan tampon yang dibasahi saline dan dikerok dengan atik aplikator atau kuret. Spesimea dari lesi permukaan hanya di kultur secara aerob. Terakhir atau yang sedang dijalani, dan kondisi klinis fisik passca akan sangat membantu pekerjaan laboratorium. Petunjuk yang diberikan pada laboratorium sekurang-kurangnya meliputi scanner atau pewarnaan gram, kultur, serta kepekaan terhadap antibiotic dari organisme yang dominan flora campuran, atau keduanya. Apabila dicurigai adanya infeksi spesifik misalnya kandida, sifilis, atau infeksi mikrobakterial, sebaiknya diinformasikan. Scanner bias segera memberikan informasi bernilai klinis yang sangat bermanfaat. Dengan melakukan scanner ini bias didapatkan informasi mengenai sifat gramnya, morfologi, dan identifikasi yang varius yang dominan. Juga berfungsi sebagai control kualitas untuk kultur berikunya, apabila diperlukan. Hasil kultur dan tes sensivitas baru diperoleh setelah 48-72 jam (pemeriksaan khusus tertentu memerlukan waktu lebih lama lagi). Tes sensitivitas memberikan informasi kualitatif ,engenai kerentanan tau ketahanan mikroorganisme terhadap antibiotic tertento. Flora yang lain selain bakteri, virus dan jamur. (7)

4.      PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN BAKTERI PATOGEN DALAM MULUT
Setelah mengetahui penyakit yang mengakibatkan infeksi rongga mulut, tentunya Anda mulai menyadari pentingnya menjaga dan merawat kesehatan gigi dan mulut, bukan? Ada Beberapa cara yang bisa dilakukan, diantaranya:

A.      Pencegahan
a.       Menggosok gigi secara rutin setelah makan dan sebelum tidur.
b.   Untuk mencegah munculnya plak dan karang gigi, kumurlah dengan obat kumur seminggu sekali.
c.       Menyikat gigi dengan benar dan pilihlah sikat gigi yang baik.
d.      Hindari penggunaan pemutih gigi sembarangan.
e.       Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula.
f.       Konsumsi buah dan sayuran yang baik untuk gigi.
g.      Hindari pola hidup tidak sehat, merokok, minuman alcohol, obat-obatan dan lain sebagainya.
h.      Memeriksa kesehatan gigi dan gusi kedokter setiap 6 bulan sekali.(8)

B.      Pengobatan dan Peresepan 
a.       Antibiotik
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotic khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dengan bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi untuk mutan dan transforman. Antibiotic di kerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah antibiotic berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Ada 2 macam antibiotic berdasarkan spektrumnya, yaitu:
ü Spectrum luas: Ampicilin, amoksilin, hetacilin, tetracylin, chloramphenicol, gentamycin.
ü    Spectrum sempit, dibagi menjadi 2 yaitu:
·      Gram positif bacteria: Benzilpenicillins, cloxacillins, cephalosporin, bacitracin, erythromycin, spiramycin.
·      Gram negative bacteria: Polymyxin B, collistin.ssss

b.      Obat Anti Jamur
Sebagian besar infeksi jamur yang ada di rongga mulut disebabkan oleh spesies candida, yang paling sering adalah candida albicans. Maka diperlukan penatalaksanaan pasien yang terkena infeksi jamur, dengan memberikan obat dari menginstruksikan pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya.

c.       Obat Anti Virus
Infeksi virus terdapat pada intraseluler dan obat anti virus mencegah terjadinya kerusakan sel hospes. Salah satu obat anti virus yang sering digunakan adalah acyclovir, obat ini beraksi pada enzim seluler dengan membentuk guanosine triphosphate yang merusak sintesis DNA virus.

d.      Obat Kumur (Antiseptik)
Antiseptik adalah zat-zat kimia yang mampu membunuh atau menghentikan aktivitas bakteri hanya dalam bentuk vegetative. Pemakaian antiseptic sebagai obat kumur mempunyai peran ganda, yaitu sebagai pencegahan langsung pertumbuhan plak gigi supragingiva dan sebagai terapi lansung terhadap plak gigi subgingiva macam macam obat kumur yang digunakan dalam kedokteran gigi.(9)

BAB III
PENUTUP
A.            KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme yang ada di rongga mulut terbagi atas 3 hal yaitu : bakteri, jamur, dan virus. Diantara jenis mikroorganisme tersebut memiliki fungsi dan peranan masing-masing. Salah satunya yaitu bakteri yang ada di rongga mulut. Seperti bakteri streptococcus dan staphylococcus yang dimana berperan dalam menimbulkan plak dan penyebab karies pada gigi. Untuk mengetahui jenis dan fungsi dari bakteri tersebut maka dilakukanlah pengambilan sampel pada rongga mulut dengan beberapa metode. Salah satunya dengan menggunakan cotton buds dan excavator pada bagian dalam rongga mulut untuk menunjang penindakan dan pengobatan. Dalam pencegahan dan pengobatannya yang perlu diperhatikan adalah dari kebiasaan kita. Jika seseorang rajin merawat dirinya terutama pada bagian gigi, maka gigi tersebut akan terawat dan terbebas dari segala macam bentuk jenis mikroorganisme yang dapat merugikan diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Corwin, Eli Zabeth J. Buku saku patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. H-35
2.       Irianto, Koes. Mikrobiologi. Bandung : Yrama Widya. H-169
3.      Infeksi Virus Harpes Simpleks (HSV) Tipe-1 Pada Rongga Mulut
4.      Wong, Dona L. Buku ajar keperawatan pediatric. Ed 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5.      Lakshman Samaranayate. Essential microbiology for dentistry. H-(225,258)
6.      Metode pengambilan sampel pada rongga mulut
7.      Gordon W. P Adersen, D.D.S, M.S.D. Buku ajar praktik bedah mulut. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. H-192,293
9.  Bakar, drg. Abu. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta : Quantum Sinergis Media. H-(72,77)