Bakteri dibedakan atas dua kelompok berdasarkan komposisi dinding sel, ketahanan terhadap penisilin, pewarnaan, kebutuhan nutrient, dan ketahanan perlakuan fisik. yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Selain perbedaan dalam sifat pewarnaannya, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif berbeda dalam sensifitasnya terhadap kerusakan mekanis atau fisis, terhadap enzim, desinfektan dan antibiotik.
Bakteri gram negatif bersifat lebih konstan terhadap reaksi pewarnaan, tetapi bakteri gram positif, sering berubah sifat pewarnaannya sehingga menunjukkan reaksi gram vertable, sebagai contoh, kultur bakteri gram positif sudah tua dapat kehilangan kemampuannya untuk menyerap pewarna violet Kristal sehingga dapat menterap pewarna safranin, dan berwarna ,merah seperti bakteri gram negatif. Perubahan tersebut juga dapat diebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan atau modifikasi teknik pewarnaan
Berikut adalah pembagian dan contoh Dari bakteri gram positif dan bakteri gram negatif,antara lain:
A. Gram-positive cocci
a. Staphylococcus
Berukuran 0,8 µm, berbentuk bulat, tidak membentuk spora dan memproduksi enzyme katalase, fakultatif anaerob serta membentuk asam dari glukosa dalam suasana aerobik dan anaerobik. Yang membedakan micrococcus dengan yang lain adalah dalam kemampuan melakukan oxidasi glukosa. Staphylococcus dapat hidup dan tumbuh dalam air garam dengan kepekatan 7,5 % sampai 15 %, sifat ini digunakan untuk memisahkannya dari specimen dan merupakan ”vegetative bacteria” sehingga sering digunakan untuk percobaan kemampuan membunuh kuman penyakit. Peptococcus Genus peptococcus berbentuk bulat (Rogosa, 1974), bersifai gram positif, berdiameter 0,5 – 1 µm, pada pewarnan dijumpai tunggal, berpasangan, berkelompok 4, jarang berkelompok banyak dan jarang berderet seperti rantai. Tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Semua spesiesnya adalah anaerob dan memanfaatkan peptone dan asam amino sebagai sumber energy. Mempunyai kemampuan mepermentasi karbohidrat dengan cepat. Reaksi katalis biasanya negatif atau lemah dan dia tidak memproduksi koagulase enzim. Walaupun umum anggota spesies adalah beta-haemolytik, banyak diantaranya tidak menunjukan haemolitik pada media agar darah. Genus dari spesies ini dipisahkan berdasarkan berbagai reaksi biokimia dan analisa asam organic, yaitu jumlah biografi gas yang dihasilkan dari penanaman dalam kultur murni dalam ”peptonw-yeast-glucose broth” (Martin, 1974).
b. Streptococcus
Genus dari streptococcus terdiri dari banyak dan bermacam-macam grup biologis dari kuman gram positif. Berbentuk bulat atau lonjong dan terdapat berpasangan atau berbentuk rantai, panjang rantai tergantung kondisi lingkungan dimana dia hidup. Rantai yang panjang dijumpai pada cocci yang hidup dalam cairan atau semifluid media.
c. Peptostreptococcus
Peptostreptococcus bersifat anaerob, gram-positif, bulat sampai oval dengan ukuran 0,7 – 1 µm. Pada pewarnaan ditemukan berpasangan dan rantai pendek atau panjang, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Reaksi katalis negatif. Kebanyak spesies menyebabkan fermentasi karbohydrat sehigga terbentuk berbagai asam organik dan gas.
B. Gram – negative cocci
a. Neisseria dan Branhamella Gram-negative
tidak bergerak, tidak membentuk spora, berbentuk coffee bean/diplococci, aerobik, membentuk ”enzyme cytochrome oxidase” yang merupakan bakteri yang terdapat pada mucous membrane dari rongga mulut dan saluran nafas bagian atas.Genus dari Neisseria dibagi menjadi spesies yang pathogenik yaitu Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis dan spesies yang commensal yaitu Neisseria sicca, Neisseria subflava, Neisseria flavescens dan Neisseria mucosa, pembagian ini berdasarkan reaksi fermentasi karbohydrat.Spesies yang tadinya disebut Neisseria catarrhalis sekarang disebut Branhamella. Branhamella catarrrhalis beda dari spesies Neisseria umumnya karena tidak memproduksi asam dari karbo hidrat seperti glucosa, maltosa, sukrosa dan fruktosa. Juga DNA berdasarkan ratio guanine ditambah cytosine dengan batas 47 – 52 moles %(Buchanan dan Gibbons, 1974). Spesies dari genus Neisseria yang biasa terdapat/hidup dalam rongga mulut tidak patogen atau virulentnya lemah, meskipun dilaporkan terjadi ”subacute bacterial endocarditis”(Hudson, !957) dan ”purulent meningitis”(Losli dan Lindsey, 1963). Morris (1954) dan Pike dkk, (1963) membuat klassifikasi berdasarkan penelitiannya ; N. pharynges atau N. Catarrhalis (Branhanmella catarrhalis). Ritz (1967) meneliti tentang keberadaannya dalam plaque gigi dan mendapat lokasi distribusi secara segar, hal ini didapat dengan cara ”Fluorescent antibody staining technique”. Dua spesies yaitu Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis tidak terdapat secara normal didalam mulut manusia.Neisseria gonorrhoaea menyebabkan stomatitis primer, parotitis atau pharyngitis, terjadi karena terjadi kontak antara mulut dengan alat genital(Metzger, 1970; Schmidt, Hjǿrting, Hansen dan Philipsen, 1961; Wiesner dkk, 1973 atau autoinoculation dari”primary genital infection” via jari tangan.
b. Veillonella
Genus veillonella dibagi atas dua spesies ; Veillonella alcalescens dan Veillonella parvula (Holdelman, Cato, dan Moore, 1977). Mempunyai diameter 5µm tidak bergerak, gram-negatif, oxidase-negatif, anaerob diplococci, tidak memfermentasi karbo hidrat, memanfaatkan lactic, succinic dan asam2 lain sebagai sumber energi(Rogosa, 1964). Rogosa (1956) menemukan media khusus untuk membiakan dari spesimen yang berasal dari klinik. Veillonella adalah flora yang hidup dalam keadaan normal didalam usus dan sistim urogenital manusia. Ditemukan dalam jumlah yang banyak diberbagai tempat di dalam mulut(Hardie dan Bowden, 1974).
C. Gram – positif rods dan filaments
a. Actinomyces, Arachnia, Bifidobacterium, Bacterionema dan Rothia
Actinomyces, Arachnia, Bifidobacterium, Bacterionema dan Rothia. Golongan Actinomyces, Arachnia, Bacterionema dan Rothia sekarang diklassifikasikan kedalam famili Actinomycetaceae. kecuali kelompok Bifidobacterium yang biologi dan patogenitas masih didiskusi secara rinci dalam morphology oleh Slack dan Gerencser(1975). Actinomycetaceae adalah gram-positif, umumnya diphtheroid atau club-shaped rods dimana cendrung membentuk cabang2 filament dijaringan infeksi atau pada kultur invitro. Bentuk diphtheroid atau coccoid terbentuk kita terjadi fragment dai filament. Bersifat tidak bergerak, tidak membentuk endospora, dan not acid-fast. Pada umumnya fakultatif anaerob, tapi ada satu spesies hidup dengan baik pada kondisi aerobic. Dapat membentuk atau tidak membentuk ezyme catalase.
b. Eubacterium dan Propionibacterium
Kuman yang dikelompokan kepada Eubacterium (Holdeman dan Moore, 1974) adalah gram-positif, tidak membentuk spora, uniform atau poleomorphic rods, dapat atau tidak dapat bergerak, seluruh spesies adalah anaerob, selalu mebentuk campuran asam organik seperti butiryc, acetic atau formic acid dari karbo hidrat atau peptone. Ditemukan dalam rangga tubuh laki2 dan binatang. Kantz dan Hendry (1974) membiakanan Eubacterium alactolyticum dari ruang pulpa gigi manusia yang nonvital. Kuman ini juga ditemukan pada berbagai type infeksi seperti purulent pleurisy, jugal cellulitis, luka postoperatif dan abscess dari otak, tractus intestinal, paru2 dan rongga mulut(Holdeman dan Moore, 1974). Propionibacterium(Moore dan Holdeman, 1974) adalah gram-positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora, biasanya diphtheroid atau club-shape dan pleomorphism. Sel coccoid, elongated, bifid atau bercabang dapat dijumpai pada beberapa kultur dan sel kuman dapat tunggal, berpasangan atau dalam bentuk Y dan V atau bergerombol mirip”chinese characters”. Propionic acid adalah fermentasi karakteristik produk akhir yaitu acetic, formic, isovaleric, succinic atau lactic acid. Kuman ini umumnya anaerob tapi ada beberapa mempunyai toleransi terhadap oxygen. Propionibacterium avidum dijumpai di otak, darah, luka yang terinfeksidan abscess jaringan seperti submandibular abscess(Moore dan Holdelman, 1974). Propionibacterium acnes hidup normal pada kulit dan usus, bias ditemukan di darah, luka dan abscess jaringan lunak(Moore dan Holdeman, 1974) dan di pulpa yang non-vital (Kantz dan Hendry, 1974).
c. Lactobacillus
Bersifat gram-positif, tidak membentuk spora, kebanyakan tidak bergerak, terbanysak bersifat anaerob fakultatif, ada beberapa yang benar2 anaerob.
D. Gram-negatif rods dan filaments
a. Coliforms
Famili dari Enterobacteriaceae tidak selalu atau predominant hidup dalam mulut manusia yang tinggal di dunia barat. Meskipun coliform dijumpai pada mulut normal , pada umumnya hanya bersifat tinggal untuk sementara waktu, meskipun demikian kuman ini dapat menimbulkan infeksi dari jaringan mulut, sering ini disebabkan karena pemakaian antibiotik yang membunuh kuman gram-positif. Dalam hal ini terjadi pada infeksi yang disebab kuman campuran. Mashberg, Caroll dan Morrissey (1970) melaporkan osteomyelitis dari mandibula yang disebabkan mixed flora dengan predominant adalah Enterobacter aerogenes dengan Escherichia coli dan alpha-hemolytic streptococcus.
b. Klebsiella
Klebsiella genus dari famili Enterobacteriaceae yang terdiri dari kuman mempunyai karakter membentuk kapsul polysaccharide. Klebsiella pneumoniae dibagi lebih dari 80 serotype dengan basis pada pembagian antigenic dari bagian polysaccharid. Klebsiella pneumoniae mempunyai respon kira2 1 % dari kuman2 pneumonia. Agranat (1969) melaporkan bahwa kuman ini menyebabkan osteomyelitis dari mandibula. Faucett dan Miller (1948) melaporkan kuman ini menyebabkan stomatitis pada bayi. Sternberg, Hoffman dan Zweitler (1951) melaporkan kuman ini menyebabkan diarrhea dan stomatitis pada bayi. Mashberg, Carroll dan Morrissey (1970) melaporkan infeksi suppurative dari space carotid yang disebabkan Klebsiella yang tidak teridentifikasi. Fox dan Isenberg (1967) menemukan Klebsiella dari pembiakan spesimen yang berasal dari saluran akar gigi. Heitman dan Brasher (1971) melaporkan kasus dengan pembengkakan yang erythomatus didaerah palatal kanan setelah 4 hari setelah operasi osseous periodontal, Exudat purulen dikeluarkan dari lesi pada daerah mesiopalatal regio molar pertama, hasil kulturnya didapatkan terutama Klebsiella pneumoniae yang resisten terhadap erythromycin pada test in vitro. Sejak pasien mendapat profilaksis dengan erythromycin sebelum operasi, ini merupakan faktor prediposisi terjadinya infeksi karena merusak ekologi kuman yang hidup normal disitu. Klebsiella rhinocleromatis adalah penyebab dari penyakit rhinoscleroma, ” chronic and destructive granuloma” dari hidung dan pharynx, kemungkinan juga menimbulkan kelainan pada bibir atas, pipi, palatum durum dan molle dan prosesus alveolaris rahang atas. Meskipun kuman sebagai etiologi dari penyakit ini tidak pasti Pada percobaan binatang kuman ini tidak dapat dibuktikan sebagai penyebab syndroma ini meskipun kuman ini dapat ditemukan secara normal pada manuasia.
c. Proteus
Kuman ini termasuk genus Enterobacteriaceae yang menyebabkan penyakit diberbagai bagian tubuh dan infeksi biasanya mempunyai masalah dalam terapi karena resisten terhadap antibiotika. Proteus vugaris merupakan kuman yang sering ditemukan pada kultur berbagai infeksi. Kirner dkk, (1969) menemukan pada beberapa kasus abses submadibula, Slack (1953) kuman ini jarang dijumpai pada saluran akar dan biasa dijumpai pada bacterial parotitis (Rose, 1954).
d. Pseudomonas
Pseudomonas tidak menyebabkan fermentasi dan berkembang biak dan bertumbuh secara unik dengan sumber makanan yang terbatas. Kuman ini ditemukan dalam cairan salin yang terkontaminasi dan benzalkonium chlorid, kebanyakan spesies bergerak, berbentuk tunggal atau”tufted monopolar flagella. Pseudomonas aeruginosa memproduksi ”water-soluble pigment”, pyocyanin dan”fluorescing pigment, fluorescein dibentuk oleh Pseudomonas fluorescens. Pseudomonas terutama merupakan parasit yang hidup di air dan tanah. Pseudomonas aeruginosa sudah terbukti bertahun-tahun menyebabkan penyakit pada laki2. Sejak 15 tahun lalu terbukti spesies yang menyebab infeksi pada laki-laki yaitu Pseudomonas cepacia dan Pseudomonas Stutzeri, kuman2 ini banyak menyebabkan infeksi nosokomial atau terjadi pada host tertentu. Pseudomonas aeruginosa spesies yang sering dilaporkan dalam literatur sebagai kuman yang ditemukan dalam mulut dan menyebabkan infeksi. Shklair, Losse dan Bahn (1963) menyatakan bahwa masyarakat Amerika mempunyai kadar kuman yang rendah dalam rongga mulut. Hasil penelitian Clement (1953) menemukan kadar kuman rongga mulut yang tinggi pada masyarakat Afrika yang hidup dalam kondisi primitif. Sutter, Hurst dan Landucci (1966) melakukan penelitian pada 350 individu menemukan Pseudomonas spesies, khususnya Pseudomonas aeruginosa dijumpai 8 % dalam saliva.
Fox dan Isenberg (1967) menemukan dalam prosentase yang kecil didalam saluran akar, kadang ditemukan pada gigi yang non vital. Leake dan Leake (1970) menemukan Pseudomonas aeruginosa pada neonatal suppurative parotitis.Infeksi dapat terjadi karena invasi kuman kedalam jaringan setelah mengalami septicemia. Hecht dan Work (1970) menemukan acute suppurative parotitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh Staphylococci dan Pseudomonas. Goldberg (1968) melaporkan tentang bakteriemia yang disebabkan Pseudomonas Goldberg (1966) melaporkan tentang infeksi pasca operasi yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa.
Selain bakteri gram positif dan bakteri gram negatif Sifat oksigen yang baik akan meningkatkan metabolism dan pertumbuhan bakteri. Oksigen bertindak sebagai apsetor hydrogen dalam langkah-langkah akhir dari produksi energy dan menghasilkan 2 molekul, hydrogen peroksida (H2O2) dan radikal bebas yaitu oksigen (O2).
Bakteri dapat diklasifikasi berdasarkan kebutuhan mereka yang dapat bermeta bolisme pada lingkungan oksigen penuh atau lingkungan yang bebas dari oksigen. Hal ini sangat penting saat melakukan inkubasu terhadap bakteri dalam mendukung pertumbuhannya. Oleh sebab itu, bakteri di klasifikasi berdasarkan:
· Aerob obligatif
Bakteri yang tergolong aerob obligatif membutuhkan oksigen untuk tumbuh karena system adenosine triphosphate (ATP). Pembangkit mereka tergantung pada oksigen sebagai aseptor oksigen. Contoh bakteri: Micobacterium Tubercolosis
· Anaerob
Ø anaerob fakultatif
Bakteri yang tergolong anaerob fakultatif membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi dengan cara respirasi. Tetapi dapat juga menggunakan jalur fermentasi untuk mensintesis ATP dalam ketiadaan oksigen yang cukup. Contoh bakteri: Bakteri oral (mutans streptococci) dan eschericia coli.
Ø Anaerob obligatif
Bakteri yang tergolong anaerob obligatif tidak dapat mengalami pertumbuhan pada lingkungan yang memiliki oksigen karena bakteri ini tidak baik pada superoxide dismutase atau katalase, maupun keduanya. Contoh bakteri: porphyromonas gingivalis.
Ø Mikroaerofilik
Dapat tumbuh dengan baik pada konsentrasi oksigen yang rendah. Contoh bakteri: Campylobacter Petus (5)
3. METODE PENGAMBILAN SAMPEL PADA RONGGA MULUT
Bakteri yang menimbulkan karies gigi adalah streptococcus sp, diantaranya adalah streptococcus mutans ,streptococcus salivarius, streptococcus viridians, peptostreptococcus yang merupakan bakteri penghuni dan penyebab utama karies gigi. Streptococcus adalah golongan bakteri yang heterogen. Streptococcus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Beberapa diantaranya golongannya merupakan anggota flora normal pada manusia. Bakteri streptococcus terutama golongan streptococcus mutans merupakan strain streptococci yang paling dominan dalam lesi karies dan melekat erat pada permukaan gigi. Bakteri ini memiliki beberapa karakteristik penting yang dapat dengan proses terjadinya karies pada gigi. Untuk mendapatkan bakteri pada karies, dilakukan pengambilan apusan dengan menggunakan sweb, dan dioleskan pada bagian gigi yang mengalami karies kemudian dilakukan penelitian tahap berlanjut untuk menemukan jenis bakteri.
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kukus fram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti streptococcus mutans, streptococcus sanguis, streptococcus mitis, streptococcus salivarius, serta beberapa strain lainnya. Walaupun demikian s. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena s.mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam). Plak lama dan plak baru. Bakteri yang dikandung kedua daerah itu tidak sama. Pada plak baru terbentuk bakteri yang paling banyak adalah streptococcus dan neisseria, tetapi sesuai dengan perjalanan waktu terdapat pula bakteri lain yang berkembang biak terutama Actinomyces dan Veillonella. Dengan demikian plak yang matang sebagian besar akan menjadi seperti filament yang berisi lebih banyak kuman anaerob. Untuk mendapatkan bakteri yang terdapat pada plak, dilakukan pula pengambilan plak dengan menggunakan swab atau excavator pada gigi yang terdapat plak, kemudian dilakukan pada tahap selanjutnya untuk melihat koloni dan jenis bakteri yang terbentuk.
ALAT DAN BAHAN
a. Alat :
1. Alat diagnostik
2. Nierbekken
3. Tabung reaksi
4. Pipet
5. Rak tabung reaksi
6. Lampu spirtus
7. Lup
8. Sterile swab
9. Cawan petri
10. Tongue scraper
11. Sikat gigi
12. Autoklaf
13. Incubator
14. Masker
15. Spidol berwarna (non permanen)
b. Bahan :
1. Aquadest
2. Bahan pemeriksaan (PB) kerukan permukaan dorsal lidah
3. BAP (Blood Agar Plate)
4. BPS (Buffer Phospat Solution) pH 7,2
5. Spirtus
PROSEDUR PENELITIAN
1. Sebelum penelitian dilakukan, subjek diperiksa terlebih dahulu untuk mencari sampel yang memenuhi criteria-kriteria inklusi dan eksklusi dengan alat diagnostic.
2. Sebelum pengambilan bahan pemeriksaan, sampel diminta untuk tidak menyikat gigi, makan, dan minum terlebih dahulu.
3. Sampel di instruksikan untuk berkumur dengan aquadest steril
4. Sebelum menggunakan tongue scraper pada sampel, dilakukan pengambilan BP dari kerokan dorsal lidah dengan menggunakan sterile swab. BP dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi BPS (Buffer Phospat Solution) dengan pH 7,2
5. Pengambilan BP berikutnya setelah sampel menggunakan tongue scraper yang telah disediakan. Lakukan 10 kali pengerokan secara ringan pada lidah dari papul sirkumvalata sampai ujung lidah.
6. Pada sampel yang berada dilakukan tahapan no 3 dan 4 dengan menggunakan sikat gigi. Dilakukan pengerokan 10 kali secara ringan pada lidah. Teknik pembersihan lidah tanpa menggunakan pasta gigi.
7. Setiap selesai pembersihan lidah, dilakukan pengambilan kerokan dorsal lidah sampel dengan menggunakan sterile swab, masukkan kedalam tabung reaksi lain yang berisi BPS.
8. Inkubasi BP selama 24 jam
9. Pengenceran BP secara seri : sediakan 4 tabung reaksi berisi 9ml Buffer Phospat Plate. Pada setiap tabung reaksi diberi nomor satu sampai empat, tabung nomor satu adalah tabung yang berisi swab dari hasil kerokan dorsal lidah sampel yang sekaligus terhitung sebagai pengenceran pertama atau 10-1 kemudian dihomogonisasikan , setelah suspensi tersebut homogeny dengan pipet sterile dimasukkan kedalam tabung nomor dua, dikocok sampai homogen sehingga terjadi pengenceran, dari tabung nomor dua diambil suspense sebanyak 1ml dengan menggunakan
10. BP yang telah di encerkan dengan konsentrasi 10-1 sampai 10-4, diambil dengan pipet steril sebanyak 1ml, kemudian disebar pada cawan petri streril. Selanjutnya dimasukkan incubator 37oC dalam suasana anaerob selama 1 x 24 jam
11. Setelah di inkubasikan dalam incubator ,dilakukan perhitungan koloni bakteri
12. Perhitungan koloni secara manual yang menggunakan kaca pembesar (lup). Titik-titik kecil dan halus pada cawan petri menunjukkan koloni bakteri, untuk mempermudah perhitungan koloni bakteri dapat dibuat garis bantu pada cawan petri, selain itu hal ini untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan.
Produr kerja tersebut dilakukan untuk mendapatkan mikroorganisme yaitu jamur jenis kandida albikans, yang dilakukan pengambilan apusan menggunakan swab pada bagian dorsal lidah. (6)
Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi scanner, kultur aerob dan anaerob, serta penentuan kepekaan terhadap antibiotic. Apabila dicurigai adanya nanah, maka specimen diambil dengan aspirasi terlebih dahulu kulit dicuci dengan sabun anti kuman dan mukosa diulasi dengan alcohol, kemudian dilakukan aspirasi lesi dengan menggunakan jarum 18-20 gauge. Aspirant dimasukkan kedalam vial transport anaerob atau apabila bbisa diantarkan denga cepat(10-15 meni) dapat digunakan spoit (GB.9-1). Jika terdapat eksudat, maka untuk mengumpulkan digunakan pak anaerob. Apabila melakukan kultur speismen jaringan maka cara yang dilakukan adalah seperti perlakuan untuk mengeluarkan eksudat. Lesi permukaan mukosa dikultur dengan pertama diusap menggunakan tampon yang dibasahi saline dan dikerok dengan atik aplikator atau kuret. Spesimea dari lesi permukaan hanya di kultur secara aerob. Terakhir atau yang sedang dijalani, dan kondisi klinis fisik passca akan sangat membantu pekerjaan laboratorium. Petunjuk yang diberikan pada laboratorium sekurang-kurangnya meliputi scanner atau pewarnaan gram, kultur, serta kepekaan terhadap antibiotic dari organisme yang dominan flora campuran, atau keduanya. Apabila dicurigai adanya infeksi spesifik misalnya kandida, sifilis, atau infeksi mikrobakterial, sebaiknya diinformasikan. Scanner bias segera memberikan informasi bernilai klinis yang sangat bermanfaat. Dengan melakukan scanner ini bias didapatkan informasi mengenai sifat gramnya, morfologi, dan identifikasi yang varius yang dominan. Juga berfungsi sebagai control kualitas untuk kultur berikunya, apabila diperlukan. Hasil kultur dan tes sensivitas baru diperoleh setelah 48-72 jam (pemeriksaan khusus tertentu memerlukan waktu lebih lama lagi). Tes sensitivitas memberikan informasi kualitatif ,engenai kerentanan tau ketahanan mikroorganisme terhadap antibiotic tertento. Flora yang lain selain bakteri, virus dan jamur. (7)
4. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN BAKTERI PATOGEN DALAM MULUT
Setelah mengetahui penyakit yang mengakibatkan infeksi rongga mulut, tentunya Anda mulai menyadari pentingnya menjaga dan merawat kesehatan gigi dan mulut, bukan? Ada Beberapa cara yang bisa dilakukan, diantaranya:
A. Pencegahan
a. Menggosok gigi secara rutin setelah makan dan sebelum tidur.
b. Untuk mencegah munculnya plak dan karang gigi, kumurlah dengan obat kumur seminggu sekali.
c. Menyikat gigi dengan benar dan pilihlah sikat gigi yang baik.
d. Hindari penggunaan pemutih gigi sembarangan.
e. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula.
f. Konsumsi buah dan sayuran yang baik untuk gigi.
g. Hindari pola hidup tidak sehat, merokok, minuman alcohol, obat-obatan dan lain sebagainya.
h. Memeriksa kesehatan gigi dan gusi kedokter setiap 6 bulan sekali.(8)
B. Pengobatan dan Peresepan
a. Antibiotik
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotic khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dengan bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi untuk mutan dan transforman. Antibiotic di kerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah antibiotic berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Ada 2 macam antibiotic berdasarkan spektrumnya, yaitu:
ü Spectrum luas: Ampicilin, amoksilin, hetacilin, tetracylin, chloramphenicol, gentamycin.
ü Spectrum sempit, dibagi menjadi 2 yaitu:
· Gram positif bacteria: Benzilpenicillins, cloxacillins, cephalosporin, bacitracin, erythromycin, spiramycin.
· Gram negative bacteria: Polymyxin B, collistin.ssss
b. Obat Anti Jamur
Sebagian besar infeksi jamur yang ada di rongga mulut disebabkan oleh spesies candida, yang paling sering adalah candida albicans. Maka diperlukan penatalaksanaan pasien yang terkena infeksi jamur, dengan memberikan obat dari menginstruksikan pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya.
c. Obat Anti Virus
Infeksi virus terdapat pada intraseluler dan obat anti virus mencegah terjadinya kerusakan sel hospes. Salah satu obat anti virus yang sering digunakan adalah acyclovir, obat ini beraksi pada enzim seluler dengan membentuk guanosine triphosphate yang merusak sintesis DNA virus.
d. Obat Kumur (Antiseptik)
Antiseptik adalah zat-zat kimia yang mampu membunuh atau menghentikan aktivitas bakteri hanya dalam bentuk vegetative. Pemakaian antiseptic sebagai obat kumur mempunyai peran ganda, yaitu sebagai pencegahan langsung pertumbuhan plak gigi supragingiva dan sebagai terapi lansung terhadap plak gigi subgingiva macam macam obat kumur yang digunakan dalam kedokteran gigi.(9)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme yang ada di rongga mulut terbagi atas 3 hal yaitu : bakteri, jamur, dan virus. Diantara jenis mikroorganisme tersebut memiliki fungsi dan peranan masing-masing. Salah satunya yaitu bakteri yang ada di rongga mulut. Seperti bakteri streptococcus dan staphylococcus yang dimana berperan dalam menimbulkan plak dan penyebab karies pada gigi. Untuk mengetahui jenis dan fungsi dari bakteri tersebut maka dilakukanlah pengambilan sampel pada rongga mulut dengan beberapa metode. Salah satunya dengan menggunakan cotton buds dan excavator pada bagian dalam rongga mulut untuk menunjang penindakan dan pengobatan. Dalam pencegahan dan pengobatannya yang perlu diperhatikan adalah dari kebiasaan kita. Jika seseorang rajin merawat dirinya terutama pada bagian gigi, maka gigi tersebut akan terawat dan terbebas dari segala macam bentuk jenis mikroorganisme yang dapat merugikan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Corwin, Eli Zabeth J. Buku saku patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. H-35
2. Irianto, Koes. Mikrobiologi. Bandung : Yrama Widya. H-169
3. Infeksi Virus Harpes Simpleks (HSV) Tipe-1 Pada Rongga Mulut
4. Wong, Dona L. Buku ajar keperawatan pediatric. Ed 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Lakshman Samaranayate. Essential microbiology for dentistry. H-(225,258)
6. Metode pengambilan sampel pada rongga mulut
7. Gordon W. P Adersen, D.D.S, M.S.D. Buku ajar praktik bedah mulut. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. H-192,293
9. Bakar, drg. Abu. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta : Quantum Sinergis Media. H-(72,77)